Alasan Kenapa Milenial Harus Paham Tentang Literasi

Literasi sangat penting karena ia merupakan pondasi dasar seseorang untuk bisa berinteraksi dengan dunia, mendidik diri sendiri, dan untuk berkontribusi kepada masyarakat sekitar. Kemampuan literasi adalah milik semua kalangan, namun masalahnya, banyak orang memandang kata “literasi” itu sendiri sebagai sesuatu yang “wah” atau berat untuk dicerna.

Mengapa Generasi Milenial Wajib Paham tentang Literasi berikut Dampaknya

man sitting on sofa chair while reading book
Photo by Anfisa Eremina on Pexels.com

Mungkin kebanyakan orang terutama kaum milenial menganggap bahwa literasi adalah sebuah bahasan yang berat dan sulit untuk dipahami. Padahal, literasi merupakan salah satu modal utama dalam membangun sebuah tatanan kehidupan yang maju.

Sebelum membahas tentang definisi, makna, dan tujuannya, perlu diketahui bahwa tingkat literasi yang tinggi sangat berkaitan dengan kualitas sosial-ekonomi, kesehatan dan aspek-aspek kehidupan lainnya.

Literasi sangat penting karena ia merupakan pondasi dasar seseorang untuk bisa berinteraksi dengan dunia, mendidik diri sendiri, dan untuk berkontribusi kepada masyarakat sekitar. Kemampuan literasi adalah milik semua kalangan, namun masalahnya, banyak orang memandang kata “literasi” itu sendiri sebagai sesuatu yang “wah” atau berat untuk dicerna.

Pengertian literasi

light city landscape man
Photo by michelle guimarães on Pexels.com

Apa sebetulnya makna literasi? Secara sederhana, Literasi adalah sebuah kemampuan dalam membaca, melihat, menulis, merancang, berbicara dan mendengar. Kemampuan literasi akan sangat memudahkan manusia untuk berkomunikasi secara efektif.

Jadi, kemampuan literasi bukan hanya sekedar mampu membaca dan menulis tulisan saja secara teknis. Namun, memiliki makna yang lebih jauh lagi yaitu sebuah kapasitas seseorang untuk terkoneksi secara efektif, mampu menginterpretasikan dan melihat secara luas seluk beluk lingkungan dimana ia tinggal.

Mengapa Generasi Milenial Harus Memahami Pengertian literasi?

muslim businesswoman typing on laptop during coffee break at home
Photo by Ekaterina Bolovtsova on Pexels.com

Saat ini, generasi milenial terlahir sebagai “warga digital”, dimana mereka merasakan lebih nyaman ketika sedang terkoneksi dengan internet ketimbang tidak terhubung sama sekali. Internet memudahkan pendidikan dengan informasi yang terus berkembang dari waktu ke waktu.

Namun, informasi yang terlalu luas di Internet adalah tantangan tersendiri bagi mereka yang tidak bisa menyaring dan menginterpretasikan informasi yang tersaji. Di saat seperti sinilah, kekuatan dari kemampuan literasi dibutuhkan sebagai sebuah alat untuk mengolah informasi menjadi sesuatu yang berpotensi dan bermanfaat.

Kemampuan literasi yang terasah khususnya pada generasi milenial kelak akan menghasilkan “jejak digital” yang bermanfaat, aman, pantas dan merefleksikan identitas diri mereka yang sesungguhnya.

Dampak Sosial dari Literasi yang Buruk

Ketika ada seseorang memiliki kesulitan dalam membaca, maka akan terasa dampaknya dalam kehidupan sosial. Misalnya saja terdapat seorang anak yang kesulitan membaca, maka biasanya mereka tidak percaya diri dan merasakan beberapa emosi seperti malu, takut, dan tidak mampu.

Contoh lainnya adalah, ketika terdapat siswa yang tidak pernah paham pentingnya literasi, mereka akan merasa terkucil secara akademis, dan memilih untuk menjauh dari tanggung jawab sosial (contoh : tidak nyaman atau tidak suka bergabung dengan komunitas atau perkumpulan di sekitarnya).

Mantan Presiden Asosiasi Literasi Internasional, Bernadette Dwyer berkata bahwa Literasi itu menembus semua aspek kehidupan. Membentuk diri secara mendasar bagaimana cara belajar, bekerja, dan berkehidupan sosial.

Literasi adalah sumber informasi saat pengambilan keputusan, pemberdayaan diri, dan keterlibatan di masyarakat. Karena komunikasi dan koneksi adalah dasar tentang siapa diri kita dan bagaimana kita tinggal bersama serta interaksinya di dunia”.

Beberapa kesulitan dan masalah yang terjadi lainnya adalah seseorang akan sulit memahami hak-hak dirinya sendiri seperti: menyuarakan pendapat politik, mencari kerja, membayar tagihan pajak, dan bahkan untuk mengamankan harta pribadinya.

Hal-hal yang terlihat kecil ini seperti bentuk spiral yang semakin lama membesar sehingga dampaknya tentu akan terasa oleh generasi mendatang dan masyarakat sekitar. “Buta huruf sangat memengaruhi peluang individu untuk berpartisipasi penuh dalam masyarakat demokratis”, tutur Leigh A. Hall, Profesor dan Ketua Pendidikan Literasi di Universitas Wyoming, Amerika Serikat.

Dampak Multigenerasi

Hubungan antara pengasuhan orang tua dalam bidang hal pendidikan dan literasi sudah banyak dijadikan penelitian. Salah satunya adalah riset dari Departemen Pendidikan Amerika Serikat yang menemukan bahwa, “Anak yang membaca minimal tiga kali per minggu memiliki kemungkinan hampir dua kali lipat untuk mendapat nilai 25% teratas dibanding anak yang membaca kurang dari tiga kali seminggu”.

Riset juga dilakukan oleh Social Stratification and Mobility dan ditemukan bahwa anak yang tumbuh di dalam rumah yang memiliki banyak buku mendapatkan akses pendidikan tiga tahun lebih banyak ketimbang anak-anak tanpa buku di rumahnya. Hal ini diuji terlepas dari pendidikan, pekerjaan, dan kelas sosial orang tua mereka.

Menurut ProLiteracy, organisasi yang bergerak di bidang literasi, “Ketika kita mengacaukan siklus kemiskinan dan buta huruf, anak-anak lebih mampu mengatasi keterbatasan dari generasi sebelumnya”.

“Ketika seorang individu belajar cara membaca, menulis, berhitung, dan menggunakan komputer, mereka memiliki kekuatan untuk keluar dari kemiskinan, menurunkan biaya kesehatan, dan mendapatkan pekerjaan yang berkelanjutan. Dan pada akhirnya akan mengubah hidup mereka”.

Dampak Ekonomi

The Brookings Institute menemukan bahwa kurang dari setengah anak-anak hidup dalam kemiskinan siap bersekolah pada usia 5 tahun. Jika dibandingkan dengan 75% anak-anak dari keluarga berpendapatan menengah ke atas.

Studi lain menunjukkan bahwa seorang dengan keterampilan baca tulis yang rendah, “memiliki hasil kesehatan yang lebih buruk, termasuk pengetahuan tentang gejala penyakit menengah, ukuran morbiditas, status kesehatan standar, dan penggunaan layanan kesehatan”.

Dalam sebuah jurnal berjudul “Literacy and the Entry-Level Workforce: The Role of Literacy and Policy in Labor Market Success,” karya Dr. William C. Wood, Universitas James Madison, berdasarkan data National Assessment of Adult Literacy (NAAL). Ditemukan bahwa “Tingkat literasi rendah berkaitan dengan ketenagakerjaan yang tidak menguntungkan”.

“Ada satu fakta mengejutkan bahwa mereka dengan skor literasi terendah adalah 16.5 kali lebih mungkin untuk menerima dana bantuan pemerintah dalam satu tahun terakhir ketimbang mereka yang berada di kelompok literasi tinggi”.

Dr. Stephen G. Peters, anggota Asosiasi Literasi Internasional berpendapat bahwa. “Literasi adalah vaksin untuk kemiskinan. Literasi buruk akan memfasilitasi jalur negatif pada multi-generasi dan masyarakat secara keseluruhan”.


Demikian penjelasan pengertian literasi berikut dengan dampak-dampak yang akan terjadi jika generasi milenial alias para pemudanya tidak peduli.

Bagikan ke SOSMEd Anda